Jumat, 13 Maret 2020

Cerpen : Cermin


Sumber inspirasi : Lagu Michael Jackson – Man in The Mirror


Cermin


Foto oleh Min An dari Pexels

Hari itu merupakan hari yang sangat melelahkan, dengan setumpuk aktivitas di kantor dan daftar tagihan bulanan yang harus dibayarkan, melengkapi penderitaan di hari yang luar biasa ini. Ya, sekarang tanggal 24 Februari 2020. Senin, hari yang horor bagi sebagian orang yang mempunyai jadwal rutinitas hariannya. Biasanya yang terpengaruh dengan efek fear dari hari ini adalah siswa sekolahan dan pekerja kantoran, termasuk diriku. Andai saja semua permasalahan ini bisa menghilang seperti halnya jentikan jari Thanos (salah satu karakter antagonis dari film Avenger – Endgame), hidup bakal lebih mudah. Perandaian itu pun terbawa ke Pulau Mimpi, hanyut di dalamnya dan menghilang.

Esoknya, dengan baju hem biru yang sudah disetrika rapi plus aroma parfum kispray yang khas, diawali dengan itu ku berangkat menuju tempat kerja. Rute yang ku tempuh dari rumah menuju tempat kerja melewati pasar pagi yang setiap hari buka dan sebuah jembatan kayu yang kecil. Ada sisi baik dan buruk dalam kondisi seperti ini. Baiknya adalah aku bisa mengemil, beli sana beli sini, sambil membawa motor ke tempat kerja. Sangat efektif bagi seorang diriku yang terkadang tidak sempat sarapan pagi. Buruknya, aku harus melewati berbagai macam bau-bauan yang ada. Aroma amis ikan, keringat penjual warung kopi yang terkadang netes ke kopinya, nafas mulut di pagi hari sang penjual sayur. Jarak yang sangat sempit antara jalan dengan pasar, membuat semuanya jelas di indera penglihatan dan pendengaran. Saking jelasnya ku sampai baru tahu bahwa pintu yang tulisannya DORONG di ****mart, ternyata bisa di TARIK.

Perjalanan berlanjut terus sampai ku melewati jembatan kayu yang kecil. Disana ada seorang nenek yang sambil menengadahkan tangannya, berharap iba orang-orang yang melewati jembatan kecil tersebut. Baru kali ini ku melihat dirinya disana, biasanya hanya Pak Ogah yang menunggu bayaran parkiran di pasar. Ku kerahkan uang dua ribu yang ada disaku kepada nenek itu yang merupakan kembalian dari beli bensin eceran, dan ku kasihkan kepadanya. Dia pun melihatku dan mendo’akanku, agar selalu disehatkan badan, murah rezeki, dan panjang umur. Sebenarnya pada saat itu aku ingin request, agar bisa mendapatkan jodoh yang baik dan menikah di tahun ini. Tapi ku sadar diri. Memangnya dengan dua ribu rupiah, bisa dapat apa ? Udah dikit, ribet lagi.
Permikiran aneh terhenti saat melihat wajahnya. Kulit yang hitam legam, mata yang berbinar-binar, tapi masih bisa tersenyum. Ku tidak mengerti apa, yang membuatnya tersenyum pada saat itu. Apakah karena dua ribu rupiah ? atau Pak Ogah yang disana cukup ganteng ? Ku tak mengerti. Diriku pun hanya membalasnya dengan senyuman.

Kegiatan harian dikantor pun dimulai. Cetak laporan, mengatur jadwal, membuat surat, dan pulpen baru beli yang hilang entah kemana, mengisi hampir setengah hari dari rutinitas harianku. Semuanya berjalan seperti biasanya dan berakhir pada pukul empat sore.

Pulang dengan tenaga yang sudah terkuras habis di tempat kerja, membangkitkan insting liarku untuk memangsa sesuatu. Warung makan Pak Jojo menjadi mangsaku dan hanya dengan sepuluh ribu rupiah, ku mendapatkan mangsa kesukaanku, nasi goreng. Karena sudah tidak sabar, gas motor ku naikan menjadi 60km/jam agar bisa cepat sampai ke rumah dan kembali turun ke 10 km/jam pada saat hendak melewati jembatan kecil. Nenek itu masih disana dan tertidur diatas karpet kardus usangnya. Hati ini menjadi iba dan berhasil mengalahkan insting liarku. Ku letakan nasi goreng yang baru saja ku beli disampingnya, perlahan-lahan, semoga tidak mengganggu tidurnya. Setelah itu, ku seret motorku kira-kira 20 meter darinya dan baru kembali ku naiki motorku dan pulang ke rumah.

Alhasil perut pun menjadi lapar. Dirumah tidak ada nasi dan mau keluar sudah keburu capek. Mager. Ku lihat diriku dicermin kamar dan berkata “hai pejuang rupiah, semangat yaa ? Ingat, Ibu mu sudah umur 50 tahun dan masih belum bisa naik haji. Jadi jangan menyerah sampai disini yaa ?” Kemudian ku baringkan diriku diatas kasur dan memikirkan, apa saja yang telah ku perbuat hari ini. Dari pagi hari sampai sekarang, yang paling menarik di hari itu adalah si nenek. Ku berpikir, bagaimana seorang renta seperti dirinya bisa ada di jalanan umum ? apakah dia tidak memiliki anak yang peduli padanya ? kemana suaminya ? apakah dia tidak memiliki sanak, keluarga, kerabat yang dekat ? bagaimana bisa mereka setega itu pada dirinya ? ku yang baru mengenalnya pun telah memikirkannya. Bagaimana dengan orang dekatnya, apakah mereka hanya abai begitu saja ? atau dirinya (nenek) merupakan orang yang terbuang ?

Semua pemikiran itu terus berjalan di kepalaku sampai pukul 23.30. Lelah dengan pemikiran yang tanpa akhir, ku putuskan untuk mengakhirinya dengan tidur. Sebelum berangkat tidur, ada poin kecil yang ku dapatkan dari pemikiran yang panjang ini, apakah aku bisa membantunya dan mereka yang bernasib sama ? Ku tidak tahu. Perlahan mata ini mulai menutup dan itu terjadi.

“Bisa iya, bisa engga” jawab suara misterius.

Sentak saja aku kembali bangun karena terkejut. Aku yakin sekali, aku mendengar suara itu dengan jelas. Yang membuatku lebih terkejut adalah, bagaimana suara itu bisa menjawab pertanyaan yang ada dipikiranku ? Ku berdiri dan memberanikan diri, mencari siapa yang menjawab pertanyaanku. Berjalan ke ruang tamu, ke dapur, ke kamar mandi, semua tempat di rumah sudah kuperiksa tetapi tidak menemukan seorang pun. Ku yakin 1000 persen, dirumah hanya ada aku dan aku seorang.

“Halo, ada orang di rumah ? ku membawa senjata. Jika kau maling atau penjahat sejenisnya, lebih baik pergi sekarang baik-baik dan jangan pernah kembali. Ini peringatan !” kataku.

Padahal saat itu yang ku pegang adalah gantungan kunci motor yang berbentuk boneka pisang. Sungguh nekat tanpa batas dan kekonyolan yang hakiki.

Beberapa kali aku mengulang-ulang kataku di rumahku sendiri. Sempat berpikir untuk tinggalkan saja rumahnya, yang penting selamat. Tetapi kemudian ku berpikir, “ini rumahku dan aku adalah raja ditempat ini. Beranikan !”

Ku urungkan niatku untuk meninggalkan rumah dan keheningan sempat terjadi beberapa saat sampai akhirnya suara misterius itu kembali menggaung.

“Disini, disini, disini. Ayo kemari..” jawab suara misterius.

Seksama ku mendengarkan dan ku pastikan. Suara itu ada dikamarku sendiri. Merinding bulu kuduk yang ada di tubuh karena aku mendengar suara misterius itu dengan jelas. Sangat jelas. Dengan rasa takut bercampur dengan rasa penasaran, ku memasuki ruang kamarku.

Ku amati seluruh bagian kamarku dan mencari dimana asal suara itu. Suara itu pun kembali menjawab, “disini..”.

1000 persen ku yakin, suara itu berada tepat dibelakangku. Tepatnya di posisi tergantungnya posisi cermin. Perlahan ku balikan badanku sembari membaca berbagai macam do’a yang ku ketahui, bahkan do’a makan. Tepat 180 derajat, setengah putaran, ku menatap cermin itu. Hanya aku yang ada di cermin itu. Kami hanya bertatap-tatapan, aku dan bayanganku di cermin. Semua tampak wajar. Tidak ada yang aneh di cermin itu. Ku balik cermin itu, mungkin saja ada seseorang yang bersembunyi di balik tembok di belakang cermin. Tidak ada. Ku kembalikan posisi cermin seperti semula dan..

“Sudah puas periksa-periksanya ? sekarang sudah tengah malam. Jangan membuang-buang waktu yang tidak berguna, contohnya seperti ini. Membalik-balikan cermin di tengah malam. Apa faedahnya coba ?” jawab diriku di dalam cermin.

Pada saat itu juga diriku terpaku. Seolah tidak percaya dengan apa saja yang baru terjadi. Mungkin inilah rasa takut yang sebenar-benarnya. Sebenar-benar rasa takut. Bahkan saking takutnya, untuk bersuara pun tidak keluar. Mungkin ini adalah rasa takut tingkatan dewa.

Sosok di cermin itu adalah diriku, yang berbicara dan memiliki gerakannya tersendiri di dalam dunia cermin. Logika diriku pada saat itu hancur semua, tidak bisa memikirkan perihal what, who, why, where, when, and how (5W + 1H) pada peristiwa yang ku hadapi sekarang.

“Siapa dirimu ? dan bagaimana kau mengetahui pertanyaan yang ada di pikiranku ?” tanya diriku.

“Jawaban untuk dua pertanyaan itu adalah karena diriku adalah kamu. Dan kamu adalah diriku.” Jawab sisi lain diriku.

“jadi, kau adalah diriku ?”

“ya, diriku adalah kau dan sebaliknya”

Keheningan kembali terjadi dan kami masih bertatapan untuk beberapa saat hingga diriku teringat pertanyaan yang terlintas di kepalaku sebelum tidur.

“mengapa jawabannya bisa iya bisa engga ?”

“semuanya tergantung pada dirimu. Jika kamu mau berusaha, jawabannya iya. Jika kamu hanya bersikap simpati dan sebatas itu, ya ga bakalan merubah apa-apa dan jawabannya adalah engga.”

“Kamu tidak usah sok sok-an peduli atau mengurus orang lain. Peduli dengan orang lain itu penting, tapi lebih penting lagi dirimu. kamu membantu kapal orang lain yang sedang tenggelam dengan menggunakan papan yang ada di perahumu dan kamu masih di dalam perahumu. Alhasil apa ? kamu tenggelam..” lanjut sisi lain diriku.

“bukankah bagus kalau kita bisa menolong orang lain ? bukankah sebagai makhluk sosial kita harus saling tolong menolong ? apa salahnya menolong orang lain ? “ balas diriku.

“menolong orang lain itu tidak ada yang salah. Tapi ingat, kamu itu juga makhluk individu. Ga hanya sosial. Ada saatnya kamu harus memikirkan dirimu sendiri sebelum ke orang lain. Akan lebih baik lagi kalau kamu bisa menyelamatkan keduanya. Dirimu dan orang lain” jawab sisi lain diriku.

“hidup itu pilihan. Mana bisa memilih dua-duanya. Jarang sekali ada kesempatan kita bisa memilih dua opsi pada saat yang bersamaan di dalam hidup. Kau hanya hidup di dalam cermin. Bagaimana kau tahu kehidupan di dunia nyata ? Tidak usah jauh-jauh dan begini saja, dari perumpaan kapal yang tenggelam yang baru kau sampaikan. Bagaimana caranya agar keduanya bisa selamat ? Jawab !” tegas diriku.

“Ajak dia naik ke kapal kamu, idiot ! atau kamu ke kapal dia. Hidup itu bukan hanya tentang menekuni jalan itu itu saja. Makanya sampai ada pepatah, banyak jalan menuju Roma. Hidup itu tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan BERBAGAI CARA. Semua masalah ada jalan keluarnya. Tinggal kamu aja yang mau berusaha atau tidak ! Semua permasalahan itu ada solusinya..”

Aku pun terdiam.

“Sama dengan kasus nenek yang kamu kasih makan. Seharusnya kamu ga kelaparan kaya gini..”
Sontak aku pun menjawab, “Itu nenek perlu makan ! dia orang ga mampu. Bagaimana sih kamu ?! lagi pula kelaparan kaya gini palingan sekali aja seumur hidup..”.
“Nah kan ?! permasalahan-permasalahan kaya gini yang kamu jawab dengan kalimat PALINGAN SEKALI SEUMUR HIDUP, nanti akan menular ke permasalahan-permasalahan lain dalam hidup di masa mendatang. Sekali lagi ku tegaskan. MEMBANTU ORANG LAIN ITU TIDAK SALAH, TAPI INGAT KAMU JUGA MAKHLUK INDIVIDU YANG HARUS PEDULI DENGAN DIRIMU SENDIRI. Badan kamu ini punya hak atas kamu, Pe A. Seharusnya bisa kan kaya gini, setelah ngasih makan ke nenek, kamu beli lagi makanan untuk kamu ? itu cara pertama. Cara kedua dengan memperhatikan pola hidup kamu sendiri. Kamu udah hidup 23 tahun dan sudah bekerja selama 2 tahunan. Masa kamu engga tahu pola hidup kamu selama ini ?”

“Maksudnya ?” balas diriku.

“Maksudnya kamu tahu kan kapan waktunya habis beras, kapan berangkat kapan pergi ke kantor, berapa banyak nasi yang harus dimasak per hari, bahkan kapan pasta gigi habis kamu harus tahu ! Kalau kamu memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, aku jamin. Membantu orang lain dengan bantuan sebesar atau sebanyak apa pun, tidak akan merugikan kamu. Paling tidak, tidak akan berdampak terlalu besar kerugiannya. Bagusnya lagi, kebiasan ini jika terus dilanjutkan, akan membentuk karakter yang bagus. See ? Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Hal-hal yang kamu remehkan seperti tidak apa makan dan lain-lain dengan alasan PALINGAN KALI INI SAJA. Pasti akan terulang lagi di masa depan kamu bakal berkata hal yang sama lagi. Iya, gitu aja terus sampai kamu terkena sakit Magh..” jelas sisi lain diriku.

“Kamu enak bicara seperti itu, pada faktanya pelaksanaannya susah !” ketus diriku.

“Aku juga tahu, idiot ! seandainya mudah, aku ga bakalan hidup di dunia cermin. Sudah di dunia nyata. Kamu yang di dunia nyata seharusnya bersyukur di kasih hidup. Tinggal sedikit usaha saja lagi ditingkatkan. Kalau ngga mau usaha, mati aja. Ga usah hidup. Hidup itu DIPERJUANGKAN !”

“Bacot kau, cermin !”

Tanganku pun melayang ke arah cermin dan pecah. Seketika itu kepalaku sangat pusing. Pada saat itu, di dalam kerangka cermin yang telah pecah, tiba-tiba saja terbuka sebuah portal. Gelap sekali portal itu. Bingung dengan apa yang terjadi, diriku pun mundur perlahan. Belum sempat mengambil langkah mundur ketiga, di dalam portal yang gelap itu tiba-tiba saja mengeluarkan secercah cahaya. semakin terang dan semakin terang, sehingga sangat menyilaukan mata dan..

Diriku terbangun. Seluruh tubuh dipenuhi dengan keringat dingin. Aku pun berusaha mendudukan diriku. Aku masih di atas kasur, di kamarku. Ku perhatikan cermin yang ada di kamar. Masih tergantung sempurna, tidak ada retak atau pun rusak. Syukurlah, semuanya hanya mimpi. Tapi, seketika saja perutku merasa sakit, sepertinya bakal diare. Setelah ku ingat-ingat ku baru menyadari bahwa pada malam itu aku tidak makan apa-apa dan tidur agak larut. Kulihat jam dinding. Ah, sudah pukul 3 pagi. Ku pikir masih terlalu pagi untuk mencari makanan dan obat diare saat ini. Ku putuskan untuk kembali tidur sembari memeluk perut.

Pukul 06.30, dengan baju tidur ku mencoba keluar rumah. Tak sempat mandi. Karena ku pikir hari ini sebaiknya aku izin tidak hadir ke kantor karena sakit. Langsung saja diriku menaiki motor dan pergi ke pasar, untuk membeli bubur dan obat diare.

Bubur yang hangat dan obat diare sudah di dapatkan. Sebaiknya aku kembali ke rumah untuk segera makan dan meminum obat agar penyakitnya tidak semakin parah. Sebelum beranjak dari pasar, ku arahkan pandanganku ke jembatan kayu yang kecil. Si nenek tidak ada disana. Hmm.. mungkin saja aku yang terlalu pagi ke pasar.

Hari-hari pun berjalan seperti biasa setelahnya. Tidak ada yang banyak berubah semenjak kejadian mimpi yang aneh berikut. Ada beberapa yang ku jalankan, seperti membangun pola hidup yang baru agar lebih teratur. Ya, aku merasa diriku lebih baik saat ini. Jika saja aku bisa bertemu lagi dengan diriku yang lain di cermin itu, aku ingin meminta maaf kepadanya karena telah menamparnya dan berterimakasih atas saran yang dia kasihkan. Aku memahami, mungkin cara dia memberi nasihat agak aneh dan berkesan kasar. Tapi dia adalah diriku dan seperti itu lah aku. Aku tertawa sendiri mengingat-ingat momen ini. Terimakasih.

Untuk nenek yang ku temui pada hari itu, sekarang tidak terlihat lagi. Ku coba tanyakan kepada Pak Ogah yang biasa nongkrong di jembatan itu perihal nenek tua ini, dia menjawab bahwa selama ini dia tidak pernah melihat ada nenek-nenek disana. Penasaran, ku coba tanyakan kepada orang-orang yang tinggal di sekitar jembatan itu dan jawabannya sama. Lalu, kepada siapakah waktu itu aku berbicara ?


-END-

Kamis, 12 Maret 2020

Sambutan (Official)

Foto oleh cottonbro dari Pexels

Halo, semangat pagi semuanya !

Bagi Anda yang telah membaca postingan ini, SELAMAT ! Anda telah membaca postingan pertama dari blog saya. Saya juga ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pembaca yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca positingan ini (meskipun ga penting-penting banget sih, heeπŸ˜…). Saya doakan kepada para pembaca untuk selalu diberikan keselamatan, kebahagian, kesehatan serta panjang umur, sehingga selalu bisa meluangkan waktunya untuk selalu stay tune (benar ga ya tulisan inggrisnya kek gitu πŸ˜‚, tau ah) di blog saya. Saya akan usahakan untuk selalu update ini blog agar selalu fresh, yaa paling engga satu bulan sekali.

Oleh karena itu, sering-sering mampir yaa ? πŸ˜„ Agar saya jadi semakin semangat untuk membuat konten yang bermanfaat untuk para pembaca yang baik nan budiman. Jangan lupa yaa, mampir.. mampir.. dan selalu mampir ke sini, jangan sampai sepi (wah, maksa nih admin πŸ˜ˆπŸ˜‡). Soalnya kalau ga ada yang mampir, ga ada uang. Ga ada uang, ga bisa jajan. Sedih dong...πŸ˜₯

Oke, itu aja sepertinya secuil sambutan dari saya. Oh iya, kalau mau lebih tahu mengenai saya, liat aja di profil blog saya ini yaa ? Terlalu panjang sepertinya untuk menceritakannya disini, males (hee πŸ˜…). Atau bisa aja tanya-tanya, komen, masukan (kritik dan saran) di kolom komentar (semoga bisa jawab semuanya). Yep demikian dan..

Selamat membaca dan terimakasih.. πŸ˜‡